News
GINSI Protes Biaya Perbaikan Kontainer Impor di Depo Empty yang Dilakukan dengan Sembarangan
Mahalnya Biaya Pengembalian Eks Kontainer Impor di Depo Empty Kontainer
Pendahuluan
Importir di Indonesia mengeluhkan mahalnya biaya pengembalian eks kontainer impor di sejumlah fasilitas depo empty kontainer yang menjadi pendukung aktivitas importasi di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Keberadaan fasilitas depo empty kontainer eks importasi yang berada di luar kawasan pabean pelabuhan Tanjung Priok sulit dikontrol oleh instansi berwenang, sehingga sering kali mengenakan biaya layanan depo yang tidak transparan dan memberatkan pemilik barang impor.
Keluhan Importir
Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Capt Subandi, menegaskan bahwa biaya-biaya yang ditagihkan oleh Depo Kontainer eks impor tersebut sangat membebani biaya logistik dan menurunkan daya saing industri nasional serta berimbas pada melemahnya perekonomian nasional. Menurut laporan anggota GINSI, biaya repair rata-rata mencapai Rp. 4 juta hingga Rp 5 juta per kontainer di depo kontainer empty eks impor.
Praktek Ugal-ugalan
Importir juga mengeluhkan bahwa mereka harus membayar biaya repair secara tunai atau transfer ke rekening pribadi petugas lapangan di depo tersebut. Hal ini dianggap sebagai praktek ugal-ugalan yang tidak adil. GINSI telah mengadukan masalah ini melalui surat resmi kepada Menhub Budi Karya Sumadi, tim National Logistic Ecosystem (NLE), serta Stranas PK.
Tuntutan GINSI
GINSI mendesak agar praktek bisnis di depo empty kontainer diawasi oleh instansi terkait, seperti Dinas Perhubungan Provinsi (Dishub), yang menerbitkan perizinan usaha tersebut. Hal ini diharapkan dapat memastikan layanan bisnis yang lebih adil dan mengedepankan aspek kewajaran. Sebagai contoh, perusahaan bongkar muat (PBM) di Pelabuhan juga memiliki ijin usahanya diterbitkan oleh Dishub, tetapi tarif dan layanannya diawasi oleh kemenhub melalui Otoritas Pelabuhan setempat.
Kesimpulan
Mahalnya biaya pengembalian eks kontainer impor di depo empty kontainer menjadi keluhan importir di Indonesia. Praktek biaya repair yang tidak transparan dan pembayaran tunai kepada petugas lapangan di depo tersebut dianggap sebagai praktek ugal-ugalan yang merugikan importir. GINSI mendesak agar praktek bisnis di depo empty kontainer diawasi oleh instansi terkait untuk memastikan layanan yang lebih adil dan kewajaran.
Kucing Liar
February 6, 2024 at 9:14 am
GINSI mengkritik biaya perbaikan kontainer impor di depo empty yang dilakukan sembarangan. Apakah ada langkah konkret yang diambil oleh GINSI untuk menyelesaikan masalah ini?
Bintang Pukulan KO
June 1, 2024 at 10:53 pm
GINSI protes biaya perbaikan kontainer impor di depo empty yang dilakukan dengan sembarangan. Importir mengeluhkan biaya layanan depo yang tidak transparan dan harus membayar secara tunai. GINSI mendesak agar praktek bisnis di depo empty kontainer diawasi oleh instansi terkait.
Eses Twix
June 21, 2024 at 5:34 am
GINSI protes biaya perbaikan kontainer impor di depo empty yang dilakukan dengan sembarangan. Importir di Indonesia mengeluhkan mahalnya biaya pengembalian eks kontainer impor di sejumlah fasilitas depo empty kontainer. Keluhan ini telah disampaikan oleh GINSI melalui surat resmi kepada Menhub Budi Karya Sumadi dan instansi terkait lainnya. GINSI mendesak agar praktek bisnis di depo empty kontainer diawasi untuk memastikan layanan yang lebih adil dan kewajaran.
setan gang
June 30, 2024 at 4:46 pm
GINSI protes biaya perbaikan kontainer impor di depo empty yang dilakukan dengan sembarangan. Importir mengeluhkan biaya yang tidak transparan dan harus membayar tunai kepada petugas lapangan. GINSI mendesak agar praktek bisnis di depo empty kontainer diawasi oleh instansi terkait. Apakah Anda setuju dengan tuntutan GINSI?
impian malam
August 1, 2024 at 8:47 am
GINSI protes biaya perbaikan kontainer impor di Depo Empty yang dilakukan dengan sembarangan. Importir mengeluhkan biaya layanan depo yang tidak transparan dan memberatkan. Apakah Anda setuju dengan tuntutan GINSI agar praktek bisnis di depo empty kontainer diawasi oleh instansi terkait?